Darah adalah "nyawa bagi manusia. Tanpa kehadiran darah, oksigen serta zat-zat gizi tidak bisa diantarkan keseluruh tubuh komponen darah yang sangat vital fungsinya adalah sel darah merah serta hemoglobin.
Setetes darah mengandung jutaan sel darah merah secara terus-menerus beredar ke seluruh tubuh, mengangkut oksigen dan membuang sampah. Tanpa kehadiran sel darah merah, secara perlahan namun pasti, tubuh akan mati.
Sel darah merah berwarna merah karena mengandung hemoglobin, bagian yang juga pending dalam darah. Hemoglobin merupakan protein kimia yang mengandung zat besi. Ia menjadi angkutan sempurna untuk mengantarkan oksigen dan karbondioksida.
Saat darah melewati paru-paru, molekul oksigen menempel pada hemoglobin. Ketika darah melewati jaringan tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke dalam tubuh. Molekul hemoglobin yang kosong kemudian berikatan dengan jaringan yang mengandung karbondioksida atau sisa buangan dan mengeluarkannya.
Bila jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin berkurang, dengan sendirinya fungsinya pun pasti menurun. Kondisi ini yang dikenal sebagai anemia.
Anemia merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada darah. Survei kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menyebutkan anemia menjadi prevalensi penyakit anak umur 5-14 tahun paling tinggi. Angka kejadiannya, 492 anak perempuan per 1.000 anak. Di negara berkembang seperti Indonesia, anemia lebih sering terjadi terutama di wilayah sangat miskin dengan kasus malanutrisi yang masih tinggi.
Perempuan usia subur, ibu hamil dan menyusui, serta bayi dan balita juga rentan mengalami anemia. Pada perempuan usia produktif, resiko anemia merupakan akibat dari siklus menstruasi.
Sementara itu, ibu hamil dan menyusui memiliki resiko tinggi anemia dikarenakan kebutuhan zat besi menjadi lebih banyak. Kecukupan zat besi ini harus dipenuhi oleh ibu dan janin yang dikandung atau bayi yang diberi ASI.
Meski diperlukan dalam jumlah tidak banyak, zat besi memiliki peran cukup vital bagi tubuh dan otak. Kekurangan sedikit saja, bisa menimbulkan masalah. Istilah 5L yang digunakan untuk menyebutkan tanda terjadinya anemia, pun lantas muncul. Lima L yang harus diwaspadai ini adalah letih, lesu, lemah, lelah dan lalai.
Cek darah menjadi salah satu cara guna mengetahui kemungkinan terjadinya anemia, selain merujuk pada gejala 5L tadi. Banyak dokter menggunakan tes darah untuk mengetahui kadar hemoglobin. Jika kadar hemoglobin kurang dari standar normal, penanganan mesti segera dilakukan.
Anemia karena kekurangan zat besi bisa dicegah dengan pemilihan makanan sehari-hari yang baik. Kalaupun kurang, dan dianjurkan oleh dokter, mengasup suplemen zat besi bisa dijadikan pilihan.
No comments:
Post a Comment