Monday, June 16, 2014

Sindrom Metabolik Bikin Jantungan

Sindrom metabolik dan obesitas oleh para pakar dipastikan telah menjadi masalah kesehatan di banyak negara. Tak lain karena sindrom metabolik berkaitan dengan resiko diabetes melitus (yang menimbulkan resiko penyakit jantung) dan penyakit kardiovaskular, atau dikenal dengan istilah risikokardiometabolik (yang juga menyebabkan penyakit jantung).

Sindrom metabolik sendiri, mengutip Prof Marzuki Suryaatmadja dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Didefinisikan sebagai seperangkat faktor resiko yang berkaitan dengan meningkatnya kemungkinan sakit jantung, stroke, diabetes, atau kombinasinya. Beberapa faktor yang menyumbang sindrom metabolik antara lain kelebihan berat badan, fisik tidak aktif, dan faktor genetik. 

"Orang dengan sindrom metabolik memiliki resiko 65 persen lebih besar mengalami kematian akibat penyakit jantung koroner," ungkapnya dalam simposium ilmiah nasional Perkapi belum lama ini. 

Karena itu Prof.Marzuki mengingatkan, pemeriksaan laboratorium berperan penting untuk deteksi dini, diagnosis, dan pemantauan perjalanan penyakit serta hasil penatalaksanaan sindrom metabolik ini.

Menghadapi berbagai persoalan penuaan tersebut diatas, kini ilmu kedokteran telah memiliki berbagai solusi, antara lain terapi hormon, pengobatan, pengaturan makan, olah raga, dan sebagainya. Namun, berkaitan dengan pertambahan berat badan, harus dilakukan pendekatan secara khusus pula. Hal ini mengingat obesitas maupun overweight juga berkaitan dengan resiko kesehatan, antara lain fungsi kelainan kardiovaskular yang menimbulkan penyakit hipertensi, diabetes melitus, jantung koroner, dan sebagainya. 

Cegah dan atasi kegemukan
"Obesitas adalah suatu penyakit berbahaya. Apapun sebab dan alasannya, adalah akibat adanya perilaku makan yang keliru. Penyakit ini tergolong kronis, dan penanggulangannya sangat sulit. Oleh karenanya lebih akan berhasil guna dengan melakukan upaya pencegahan dini, yakni pada saat pasien masih dalam kondisi overweight" sebut Prof.Dr Walujo Soerjodibroto,Ph.D, pakar kedokteran gizi dari Universitas Indonesia. 

Seseorang disebut obesitas jika timbunan lemak terjadi merata di seluruh tubuh, sedangkan overweight menumpuk pada pertambahan berat badan pada bagian-bagian tubuh tertentu, seperti di sekitar perut, paha dan lengan. 

Melakukan pegaturan makan merupakan langkah yang tidak dapat ditinggalkan dalam terapi mengatasi obesitas maupun overweight. Tapi, menurut Prof.Walujo, mereka yang sudah terlanjur obesitas adalah orang yang tidak disiplin. Karena itu, "Teori klasik dimana pengetahuan akan memperbaiki mindset, yang pada gilirannya akan memperbaiki perilaku makan, tidak berlaku pada pasien obesitas" katanya.

Perilaku yang diharapkan harus dipaksakan kepada mereka. Salah satu cara cepat dan aman yang diterapkan Prof.Walujo diklinik untuk menghasilkan perubahan mindset adalah dengan hipnosis, disamping bantuan obat.

Selain pengaturan makan, mereka yang kelebihan berat badan maupun obesitas harus melakukan latihan fisik teratur dan terukur. Latihan ini bukan hanya akan membakar kalori agar tidak menumpuk sebagai lemak, melainkan juga bakal menghasilkan perubahan positif dalam lingkup kardiovaskular, penyerapan oksigen, metabolisme, dan berbagai efek kesehatan umum maupun kondisi psikologis yang lebih positif. 

Singkat kata, menua lalu menggemuk itu bukan kondisi yang dapat dibiarkan. Bila ingin tetap sehat dan produktif hingga usia tua, kegemukan harus dicegah sejak dini dan diatasi sebelum berlanjut menjadi obesitas.

Tanda Mengalami Sindrom Metabolik

1.Lingkar Perut 
  • Pria        > 102 cm
  • Wanita    > 88 cm
2.Trigliserida, mg/dl          >150

3.Kolesterol HDL, mg/dl
  • Pria               < 40
  • Wanita           < 50
4.Tekanan darah,mmHg       > 130/85

5.Gula darah puasa, mg/dl   >110



Sumber:tab hidupsehat ed 532

No comments:

Post a Comment